Konsep desain tempat yang diliput Griya Asri ini berhasil memadukan tiga fungsi yang berbeda tetapi saling mendukung satu sama lain yaitu art gallery, lounge, dan kafe sekaligus memanfaatkan suasana hijau serta sejuknya alam sekitar.
Di satu sisi, lokasi ini cukup strategis untuk “merangkul” semua kalangan, baik seniman, kurator, akademisi, komunitas maupun masyarakat umum untuk datang dan menikmati berbagai acara seni yang digelar. Di sisi lain, karya-karya seni yang terdapat di tempat ini tidak hanya di-display saja, tetapi juga dipelajari, didiskusikan, dan dilestarikan (service and support) sehingga berbagai seni yang disuguhkan benar-benar berbudaya. Semua aktivitas tersebut dirancang “menyatu” dengan alam sekitar. Karena itulah, tempat ini didesain dengan menerapkan konsep transparan, semi-terbuka, dan dalam suasana yang “ringan”.
Pada tahap awal, pemilik galeri lebih dulu membangun Semilir Cafe berupa sebuah bangunan joglo modern di bagian muka lahan dengan fasad bangunan berupa dinding batu tinggi dan pintu masuk di tengahnya. Masuk ke dalam, tamu tidak langsung menemui area makan tetapi area selasar yang dibatasi oleh dinding batu tinggi dan pepohonan yang “mengantar” ke area foyer. Setelah melewati tangga, barulah tamu tiba di area makan yang luas, berplafon tinggi, tanpa dinding penyekat, dan dikelilingi oleh pepohonan rindang.
Sekitar dua tahun belakangan ini, pemilik galeri memulai proses pembangunan art gallery danlounge yang menempati bagian belakang kaveling serta membuat jalur masuk terpisah. Khusus untuk art gallery, pemilik galeri ingin membangun ruangan berupa kotak yang simpel, terbuka, dan diberi finishing warna putih agar menjadi latar belakang netral bagi karya-karya seni yang dipamerkan.
Struktur utama art gallery terbuat dari kolom dan balok baja sedangkan bidang penyekatnya dari kaca dan tripleks sehingga tampil transparan serta “ringan”. Dengan wujud art galleryyang kekinian, pemilik galeri ingin menghadirkan lounge yang kontras sekaligus memanfaatkan koleksi barang-barang antiknya. Oleh karena itu, pemilik galeri memindahkan bangunan joglo yang berusia tua dari Yogyakarta untuk menjadi lounge di kawasan Cihideung lengkap dengan pelataran di bagian mukanya.
Sebagai jalur sirkulasi di kompleks ini, dibangun koridor yang menghubungkan area, mulai dari lobi dan ruang-ruang rapat di bagian muka, lalu dapur, open air lounge, dan bangunan joglo di bangian tengah sampai art gallery di bagian belakang. Sebagai aksen, dinding koridor dihias dengan bilah-bilah kayu bekas yang disusun diagonal yang menarik.
*Artikel ini disadur dari artikel berjudul “Seni Di Tengah Alam” oleh Imelda Anwar yang terbit di majalah Asri edisi Januari 2016
Lokasi : Semilir Cafe dan Salian Art, Service & Support di Cihideung, Jawa Barat
Arsitek : Budi Pradono
Foto : Ifran Nurdin
Sumber : http://majalahasri.com/menikmati-seni-di-tengah-alam/